![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZil1nTai1lMEQyac0Iww5lpEzoArvLebFq6iFonPLc7Lyjunwx9VvZqFAm2xk5Ol1_XCZBH4amDIRjXSFy66KNFQRsJa6vY23UcoDJW0GCiougesiZuY9zkrkKChFdfv_SFnAOd8TICE/s640/Battle+Of+Surabaya.png)
Sosio Drama
10 NOVEMBER 1945
Adaptasi Sejarah
Pertempuran 10 November Surabaya
Karya Ahmad Rizal
Abdullah
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan diri
sebagai bangsa merdeka. Namunsekutu tidak menerima kemerdekaan Indonesia, jauh
dari Ibukota Jakarta terjadi sebuah perlawanan yang dilakukan rakyat Surabaya yang dikenal dengan sebutan PERTEMPURAN 10 NOVEMBER.
Pada akhirnya Belanda pun benar-benar datang ke Indonesia, tepatnya pada
tanggal 15 September 1945. Mereka dibawah bendera NICA dengan berlindung
mengatasnamakan pasukan AFNEI, (Allied Forces for Netherland East Indies) mendaratkan kapalnya di
Tanjung Priok.
Pada
tanggal 31 Agustus 1945
Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan pengibaran
bendera Merah Putih diseluruh
Indonesia mulai 1 September 1945. Gerakan
pengibaran bendera makin meluas ke pelosok daerah, diberbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya
susul-menyusul bendera dikibarkan. Namun disebuah hotel yang menjadi markas tentara Belanda
bendera Belanda dikibarkan, hal ini
memancing amarah rakyat Surabaya
hingga pada akhirnya terjadilah peristiwa perobekan bendera Hotel Yamato.
ADEGAN I (Hotel Yamato)
Pukul 21:00 malam 18 September sekelompok Belanda dibawah pimpinan Mr.
W.V.Ch. Ploegman secara diam-diammengibarkan bendera kebangsaan Belanda.
Keesokan harinya terjadi sebuah aksi heroik menuntut diturunkannya bendera
(Merah-Putih-Biru).
Koesno
Wibowo : Kurang ajar! mereka tidak
tau diri! Kita ini bangsa merdeka. Ayo kita turunkan bendera busuk itu. (memberi semangat)
Rakyat Surabaya :
Turunkan Bendera Belanda.! Turunkan Bendera Belanda..!! (Demonstrasi di depan hotel Yamato)
Tiba-tiba datang rombongan
Soedirman beserta Sidik dan Haryono menenangkan suasana dan berunding didalam
Hotel Yamato.
Soedirman :
Tenang.. tenang.. saya akan mencoba bicara dengan mereka (sambil mengangkat kedua tangannya)
Setelah suasana menjadi tenang, rombongan Soedirman pun masuk ke dalam
hotel.
Mr. Ploegman :
Soediman.. how are you? Silahkan duduk,
Mau apa you datang kesini?
Soedirman dan Ploegman duduk
berunding, Sidik dan Haryono mengawal dari dekat.
Soedirman :
Kami minta agar kalian menurunkan
bendera kalian itu sekarang juga! (Berbicara
dengan lantang dan tegas)
Mr. Ploegman :
hahaha.. atas dasar apa you berani memerintah saya? (tertawa sinis)
Soedirman :
Presiden Soekarno telah memerintahkan agar bendera Merah-Putih dikibarkan
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Mr. Ploegman :
Tidak bisa! You harus tau kalau netherland tidak mengakui you punya negara. (marah dan menodongkan pistol kearah
soedirman)
Sidik yang berada didekat
Soedirman tidak bisa menerima gelagat Ploegman.
Sidik : Dasar kau
biadab..! (menendang pistol Ploegman dan
mencekiknya hingga tewas,namun dirinya pun tewas ditembak pengawal Ploegman)
Situasi memanas, Soedirman dan Haryono keluar dan mengobarkan tanda
perlawanan untuk menurunkan bendera Belanda.
Haryono :
Turunkan bendera Belanda..!
Soedirman :
Haryono, cepat kau turunkan bendera Belanda! (memberi perintah.)
Haryono : Siap
Laksanakan.
Ayo Bung Koesno kita kibarkan Sang Merah Putih.
Diiringi teriakan penuh semangat, Haryono dan
Koesno Wibowo memanjat
dan merobek bendera Belanda yang berwarna biru, dan
menyisakan bendera Merah-Putih berkibar gagah.
Rakyat Surabaya : Turunkan bendera Belanda.! Turunkan bendera Belanda..!!
Soedirman :
Kepada Sang Merah Putih, Hormat gerak.! (dengan khidmat semua memberi penghormatan
pada bendera Republik Indonesia) Tegak Gerak, Merdeka! Merdeka..!
Dengan teriakan merdeka itu rakyat
Surabaya menyambut keberhasilan mereka
penuh suka cita.
ADEGAN II (Pelabuhan
Tanjung Perak)
Sekitar 6000 orang pasukan dikirim sekutu ke Surabaya pada 25 Oktober
1945. Awalnya mereka disambut baik namun karena adanya tentara NICA yang ikut
dalam rombongan pimpinan A.W.S.Mallaby itu, mereka mulai mendapat penolakan bahkan perlawanan.
AWS Mallaby : Akhirnya aku sampai juga di Indonesia. (memanggil)
Golden Smith : Selamat
Jenderal, Anda sudah berhasil membawa kami sejauh ini. (memberi
hormat)
AWS Mallaby : Perjalanan
panjang kita tidak boleh sia-sia. Bagaimana
kesiapan
pasukan kita?
Golden Smith : Lapor Jenderal,
semua pasukan sudah siap tinggal menunggu perintah.
AWS Mallaby : Bagus.... (tersenyum
sinis) Kapten Shaw! (memanggil)
Kapten Shaw : Siap Jendral! (memberi hormat)
AWS Mallaby : Siapkan pasukanmu, laksanakan kejutan khusus untuk
mereka. (menatap
sinis) Sementara yang lain, siapkan
keberangkatan kita menuju Gubernur Surabaya!
Kapten Shaw : Siap laksanakan perintah Jendral. (diikuti Golden Smith)
Seorang kawan Bung Tomo yang menyaksikan
kedatangan pasukan Inggris segera melapor kepada Bung Tomo. Kabar kedatangan Inggris pun tersiar secara meluas.
ADEGAN III (Kantor Gubernur Surabaya)
Keesokan harinya, Gubernur Suryo
mencapai kesepakatan dengan AWS.Mallaby di kantor Gubernur pada 26 Oktober 1945,
bersama Bung Tomo dan pasukan Residen Soedirman.
Golden Smith :
Sampaikan kedatangan kami kepada tuan anda.
(berbicara kepada Haryono)
Haryono :
Nuwun sewu Gubernur, ada pasukan Mallaby diluar. (melapor kepada Gubernur)
Gubernur Suryo : Persilahkan mereka masuk.
Pasukan Inggris pun masuk setelah
dipersilahkan oleh Haryono.
AWS.Mallaby : Hai tuan Suryo,
apa kabar? (menyapa hangat)
Gubernur Suryo :
Silahkan duduk (menjabat
tangan)
AWS.Mallaby : Ok, kita
langsung saja... (berunding)
Mereka
pun memulai perundingan dengan hangat, kesepakatan pun berhasil diraih kedua
pihak, diantaranya: Inggris berjanji bahwa diantara mereka tidak terdapat
angkatan perang Belanda, Disetujuinya kerjasama menjamin keamanan, Membentuk
biro kerjasama, dan
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang
Gubernur Suryo :
Alhamdulillah, kita sudah sepakat. Saya harap kalian menepati janji. (berdiri dan berkata tegas)
Golden Smith : Ya tentu, terimakasih atas sambutan tuan.
Namun
alih-alih menepati janji, pada malam harinya pasukan Kapten Shaw dibawah
perintah AWS.Mallaby menyerbu penjara Kalisosok
membebaskan para tawanan perang Jepang salah satunya Kolonel Huiyer. Keesokan
harinya perang pun tidak terhindarkan.
ADEGAN
IV (Gedung Bank Internatio)
Pada 27 Oktober pasukan sekutu berhasil
merebut berbagai tempat strategis salah satunya Lanud Tanjung Perak, Kantor Pos
dan objek vital lainnya. Sekitar pukul 11:00 kapal udara dakota milik sekutu
menyebarkan Pamflet ke penjuru kota. “Barang siapa yang memiliki senjata dan
menolak untuk menyerahkannya kepada tentara Sekutu, akan ditembak ditempat.”
demikian bunyi pamflet itu. Perintah diberikan langsung Komandan Divisi Surabaya, Mayor Jenderal
Yonosewoyo sekitar pukul 04.30 WIB.Usai subuh, serangan besar-besaran pun mulai
dilancarkan dengan satu tekad, tentara Inggris yang membantu Belanda harus
dihalau dari Surabaya.
AWS.
Mallaby : Persons beeing arms
and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shoot. (berbicara kepada Masyarakat)
Menyadari mendapatkan tekanan
dari arek-arek Surabaya, AWS Mallaby menghubungi Presiden Soekarno guna
meredakan situasi. 30 Oktober pukul 11:30 rombongan Jakarta tiba dan
melaksanakan perundingan yaitu Soekarno, M. Hatta, beserta Amir Syarifuddin.
AWS. Mallaby : Oh Tuhan.. akhirnya yang mulia datang juga.
Soekarno :
Baiklah, mari kita segera mulai perundingan! (terburu-buru dan langsung masuk lalu duduk tanpa dipersilahkan)
Perundingan
pun berjalan cukup alot, namun akhirnya mereka mencapai kata sepakat,
diantaranya; Selebaran pamflet dianggap tidak sah dan diadakannya gencatan
senjata.
Moh. Hatta : Kami sangat mengharapkan anda tidak melanggar
perjanjian.
AWS. Mallaby : Kami sangat menghargai tuan-tuan. (Seluruh
peserta perundingan berjabat tangan, rombongan Soekarno pun kembali ke Jakarta.)
Setelah perundingan, kontak senjata
dibeberapa titik masih berlangsung. Hal ini karena kurangnya komunikasi
mengenai perjanjian gencatan senjata. Bahkan menjelang sore hari Gedung Bank
Internatio sempat dikepung oleh arek-arek Surabaya.
ADEGAN V (Jembatan Merah)
Hingga
pada pukul 17:00 tragedi
pun terjadi, di Jembatan Merah dekat Gedung Bank Internatio. Jendral AWS. Mallaby tewas dibunuh
pejuang Indonesia yang tidak diketahui identitasnya.
Pejuang Indonesia : Seraang..!!! (keluar dari tempat persembunyian dengan
gagah berani para pejuang Indonesia menghadang dan menyerang mobil rombongan
sekutu hingga menewaskan AWS.Mallaby.)
Pejuang Indonesia : Mati kau!!! (menusuk AWS.Mallaby dengan bambu runcing dan meledakkan mobil
AWS.Mallaby dengan bambu runcing.)
Ledakan
mobil AWS.Mallaby disambut teriakan kemenangan penuh semangat.
Pejuang Indonesia : Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!
ADEGAN VI (Jalanan Surabaya)
Setelah
terbunuhnya AWS.Mallaby, kejadian ini menjadi sorotan tajam dikalangan
negara-negara sekutu. Akhirnya kerajaan Inggris mengirim bala bantuan dan Mayor
Jendral Manserg dijadikan sebagai komandan sekutu di Surabaya. Dan pada 9
November 1945 Manserg mengeluarkan ultimatum sebagai respon kemarahan atas
terbunuhnya AWS.Mallaby.
Manserg : “Semua pemimpin dan para pemuda Indonesia
harus menyerahkan senjatanya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian
menyerahkan diri sambil mengangkat tangan, selambat-lambatnya pukul 06:00
tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata,
maka Surabaya akan kami serang dari darat, laut, dan udara.” (berkata
dengan lantang dan tegas).
Mendengar
ultimatum yang dikeluarkan Manserg ternyata tidak membuat gentar are-arek Surabaya.
Rakyat Surabaya : Usir sekutu! Usir sekutu!
ADEGAN VII (Kantor Gubernur Surabaya)
Setelah
ultimatum pertemuan tokoh-tokoh Surabaya diadakan dikantor dinas Gubernur
Suryo. Hadir dalam pertemuan itu Bung Tomo, beberapa tokoh organisasi seperti
Hasyim Asy’ari dan kyai pondok Jawa lainnya, serta tokoh-tokoh TKR. Keputusannya
mereka menolak ancaman pihak inggris itu.
Gubernur Suryo : Kita sudah sepakat, bahwa Surabaya menolak ultimatum inggris itu!
Tokoh TKR : Baiklah, saya akan mempersiapkan pasukan.
Kyai Hasyim Asy’ari : Seluruh santri Jawa Timur siap berjihad
dijalan Allah.
Bung Tomo : Mari kita satukan kekuatan kita untuk menghabisi
mereka.
Gubernur Suryo : Merdeka! (diikuti
peserta rapat lainnya)
Usai
perundingan singkat itu, seluruh komponen Surabaya bersatu dengan satu suara
perang melawan sekutu.
ADEGAN VIII (Pondok Pesantren & Radio)
Para tokoh kemudian mempersiapkan
perlawanan, para Kyai berdakwah dihadapan santri-santrinya, Bung Tomo mengobarkan jiwa arek-arek Surabaya
dengan pidatonya yang mengguncangkan Surabaya.
Kiyai
Hasyim Asy’ari :Indonesia adalah negeri
yang dirahmati Allah, kita harus mempertahankan Surabaya dari sekutu iblis itu.
Allahu Akbar! Allahu Akbar!!
Rakyat
Surabaya menyambut pidato Bung Tomo dengan teriakan “Merdeka! Merdeka!!”
ADEGAN IX (Kota Surabaya)
Hingga pada akhirnya pecahlah
Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum..
Manserg :
Dimana senjata mereka? Dimana! (marah,
berbicara pada pasukannya)
Bung Tomo :
Kami tidak akan menyerahkan Surabaya kepada kalian! Langkahi dulu darah yang
berapi-api ini!
Manserg :
Kurang ajar! kalian akan takluk tiga hari ditangan ku.
Pertempuran pun terjadi
Semua :
Serang!!!
Pada mulanya rakyat Surabaya berhasil
menekan sekutu, namun karena menghadapi senjata canggih, rakyat Surabaya pun
kewalahan. Perlawanan rakyat yang pada
awalnya dilakukan secara spontan dan tidak teratur, namun makin hari makin
teratur. Hingga pada akhirnya Surabaya pun takluk dalam waktu tiga minggu.
Pada
tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang bergelimpangan mayat
terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari puluhan ribu orang. Sekutu harus
membayar sangat mahal dalam penaklukan Surabaya. Ratusan ribu orang menderita
dan harus meninggalkan Surabaya, kebanyakan dari mereka mengungsi ke Sidoardjo
dan Mojokerto
Kesimpulan:
Secara
militer, tidak dapat dipungkiri bahwa Pertempuran 10 November 1945 merupakan
sebuh kekalahan bagi Republik Indonesia pada masa itu. Namun, secara politik,
hasil pertempuran in memiliki impilikasi yang sangat penting, yakni terbukanya
mata dunia bahwa kekuatan perjuangan Indonesia bukanlah sekedar upaya parsial
yang terlokalisir dari sekumpulan ekstrimis
sebagaimana digambarkan Belanda dan pandangan sekutunya, melainkan suatu
gerakan populer dalam skala nasional yang didukung oleh rakyat dari sebuah negara
yang telah berdiri dan telah diploklamirkan kemerdekannya.
Terpelas
dari kekalahan secara militer dalam Pertempuran Surabaya, bangsa Indonesia
telah menunjukan patriotisme yang luar biasa, semangat juang yang laksana baja,
dimana dihadapan kekuatan militer Inggris yang besar itu, yang Nazi Jerman pun
tidak mampu menundukannya, pejuang Indonesia sama sekali tidak takut dan malah
menunjukan perlawanan yang gigih.
Sudah wajib tentunya bagi kita generasi penerus bangsa
untuk mengamalkan perjuangan para pejuang yang telah memberikan nikmatnya
kemerdekaan. Terimakasih telah membaca naskah drama ini semoga dapat
menginspirasi, apabila ada yang ingin ditanyakan silakan merapat ke komentar.
Salam Sejarah!
No comments:
Tulis komentar