Saturday, February 6, 2016

DRAMA BATTLE OF SURABAYA

 














Sosio Drama
10 NOVEMBER 1945
Adaptasi Sejarah Pertempuran 10 November Surabaya
Karya Ahmad Rizal Abdullah








Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa merdeka. Namunsekutu tidak menerima kemerdekaan Indonesia, jauh dari Ibukota Jakarta terjadi sebuah perlawanan yang dilakukan rakyat Surabaya yang dikenal dengan sebutan PERTEMPURAN 10 NOVEMBER.
Pada akhirnya Belanda pun benar-benar datang ke Indonesia, tepatnya pada tanggal 15 September 1945. Mereka dibawah bendera NICA dengan berlindung mengatasnamakan pasukan  AFNEI, (Allied Forces for Netherland East Indies) mendaratkan kapalnya di Tanjung Priok.
Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan pengibaran bendera Merah Putih diseluruh Indonesia mulai 1 September 1945. Gerakan pengibaran bendera makin meluas ke pelosok daerah, diberbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya susul-menyusul bendera dikibarkan. Namun disebuah hotel yang menjadi markas tentara Belanda bendera Belanda dikibarkan, hal ini memancing amarah rakyat Surabaya hingga pada akhirnya terjadilah peristiwa perobekan bendera Hotel Yamato.


       ADEGAN I (Hotel Yamato)
                   Pukul 21:00 malam 18 September sekelompok Belanda dibawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman secara diam-diammengibarkan bendera kebangsaan Belanda. Keesokan harinya terjadi sebuah aksi heroik menuntut diturunkannya bendera (Merah-Putih-Biru).
Koesno Wibowo         : Kurang ajar! mereka tidak tau diri! Kita ini bangsa merdeka. Ayo kita turunkan bendera busuk itu. (memberi semangat)
Rakyat Surabaya         : Turunkan Bendera Belanda.! Turunkan Bendera Belanda..!! (Demonstrasi di depan hotel Yamato)
Tiba-tiba datang rombongan Soedirman beserta Sidik dan Haryono menenangkan suasana dan berunding didalam Hotel Yamato.
Soedirman                   : Tenang.. tenang.. saya akan mencoba bicara dengan mereka (sambil mengangkat kedua tangannya)
Setelah suasana menjadi tenang, rombongan Soedirman pun masuk ke dalam hotel.
Mr. Ploegman              : Soediman.. how  are you? Silahkan duduk, Mau apa you datang kesini?
Soedirman dan Ploegman duduk berunding, Sidik dan Haryono mengawal dari dekat.
Soedirman                   : Kami  minta agar kalian menurunkan bendera kalian itu sekarang juga! (Berbicara dengan lantang dan tegas)
Mr. Ploegman              : hahaha.. atas dasar apa you berani memerintah saya? (tertawa sinis)
Soedirman                   : Presiden Soekarno telah memerintahkan agar bendera Merah-Putih dikibarkan diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Mr. Ploegman              : Tidak bisa! You harus tau kalau netherland tidak mengakui you punya negara. (marah dan menodongkan pistol kearah soedirman)
Sidik yang berada didekat Soedirman tidak bisa menerima  gelagat Ploegman.
Sidik                            : Dasar kau biadab..! (menendang pistol Ploegman dan mencekiknya hingga tewas,namun dirinya pun tewas ditembak pengawal Ploegman)
Situasi memanas, Soedirman dan Haryono keluar dan mengobarkan tanda perlawanan untuk menurunkan bendera Belanda.
Haryono                      : Turunkan bendera Belanda..!
Soedirman                   : Haryono, cepat kau turunkan bendera Belanda! (memberi perintah.)
Haryono                      : Siap Laksanakan. Ayo Bung Koesno kita kibarkan Sang Merah Putih.
Diiringi teriakan penuh semangat, Haryono dan Koesno Wibowo memanjat dan merobek bendera Belanda yang berwarna biru, dan menyisakan bendera Merah-Putih berkibar gagah.
Rakyat Surabaya         : Turunkan bendera Belanda.! Turunkan bendera Belanda..!!
Soedirman                   : Kepada Sang Merah Putih, Hormat gerak.! (dengan khidmat semua memberi penghormatan pada bendera Republik Indonesia) Tegak Gerak, Merdeka! Merdeka..!
Dengan teriakan merdeka itu rakyat Surabaya menyambut keberhasilan mereka penuh suka cita.


ADEGAN II (Pelabuhan Tanjung Perak)
Sekitar 6000 orang pasukan dikirim sekutu ke Surabaya pada 25 Oktober 1945. Awalnya mereka disambut baik namun karena adanya tentara NICA yang ikut dalam rombongan pimpinan A.W.S.Mallaby itu, mereka mulai mendapat penolakan bahkan perlawanan.
AWS Mallaby             : Akhirnya aku sampai juga di Indonesia. (memanggil)
Golden Smith              : Selamat Jenderal, Anda sudah berhasil membawa kami sejauh ini. (memberi hormat)
AWS Mallaby             : Perjalanan panjang kita tidak boleh sia-sia. Bagaimana kesiapan pasukan kita?
Golden Smith              : Lapor Jenderal, semua pasukan sudah siap tinggal menunggu perintah.
AWS Mallaby             : Bagus....  (tersenyum sinis) Kapten Shaw! (memanggil)
Kapten Shaw              : Siap Jendral! (memberi hormat)
AWS Mallaby             : Siapkan pasukanmu, laksanakan kejutan khusus untuk mereka. (menatap sinis) Sementara yang lain, siapkan keberangkatan kita menuju Gubernur Surabaya!
Kapten Shaw              : Siap laksanakan perintah Jendral. (diikuti Golden Smith)
Seorang kawan Bung Tomo yang menyaksikan kedatangan pasukan Inggris segera melapor kepada Bung Tomo. Kabar kedatangan Inggris pun tersiar secara meluas.


ADEGAN III (Kantor Gubernur Surabaya)
            Keesokan harinya, Gubernur Suryo mencapai kesepakatan dengan AWS.Mallaby di kantor Gubernur pada 26 Oktober 1945, bersama Bung Tomo dan pasukan Residen Soedirman.
Golden Smith              : Sampaikan kedatangan kami kepada tuan anda. (berbicara kepada Haryono)
Haryono                      : Nuwun sewu Gubernur, ada pasukan Mallaby diluar. (melapor kepada Gubernur)
Gubernur Suryo          : Persilahkan mereka masuk.
Pasukan Inggris pun masuk setelah dipersilahkan oleh Haryono.
AWS.Mallaby             : Hai tuan Suryo, apa kabar? (menyapa hangat)
Gubernur Suryo          : Silahkan duduk (menjabat tangan)
AWS.Mallaby             : Ok, kita langsung saja... (berunding)
Mereka pun memulai perundingan dengan hangat, kesepakatan pun berhasil diraih kedua pihak, diantaranya: Inggris berjanji bahwa diantara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda, Disetujuinya kerjasama menjamin keamanan, Membentuk biro kerjasama, dan Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang
Gubernur Suryo          : Alhamdulillah, kita sudah sepakat. Saya harap kalian menepati janji. (berdiri dan berkata tegas)
Golden Smith              : Ya tentu, terimakasih atas sambutan tuan.
            Namun alih-alih menepati janji, pada malam harinya pasukan Kapten Shaw dibawah perintah AWS.Mallaby menyerbu penjara Kalisosok membebaskan para tawanan perang Jepang salah satunya Kolonel Huiyer. Keesokan harinya perang pun tidak terhindarkan.



ADEGAN IV (Gedung Bank Internatio)

                   Pada 27 Oktober pasukan sekutu berhasil merebut berbagai tempat strategis salah satunya Lanud Tanjung Perak, Kantor Pos dan objek vital lainnya. Sekitar pukul 11:00 kapal udara dakota milik sekutu menyebarkan Pamflet ke penjuru kota. “Barang siapa yang memiliki senjata dan menolak untuk menyerahkannya kepada tentara Sekutu, akan ditembak ditempat.” demikian bunyi pamflet itu. Perintah diberikan langsung  Komandan Divisi Surabaya, Mayor Jenderal Yonosewoyo sekitar pukul 04.30 WIB.Usai subuh, serangan besar-besaran pun mulai dilancarkan dengan satu tekad, tentara Inggris yang membantu Belanda harus dihalau dari Surabaya.
AWS. Mallaby            : Persons beeing arms and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shoot. (berbicara kepada Masyarakat)
                   Menyadari mendapatkan tekanan dari arek-arek Surabaya, AWS Mallaby menghubungi Presiden Soekarno guna meredakan situasi. 30 Oktober pukul 11:30 rombongan Jakarta tiba dan melaksanakan perundingan yaitu Soekarno, M. Hatta, beserta Amir Syarifuddin.

      
AWS. Mallaby            : Oh Tuhan.. akhirnya yang mulia datang juga.
Soekarno                     : Baiklah, mari kita segera mulai perundingan! (terburu-buru dan langsung masuk lalu duduk tanpa dipersilahkan)
Perundingan pun berjalan cukup alot, namun akhirnya mereka mencapai kata sepakat, diantaranya; Selebaran pamflet dianggap tidak sah dan diadakannya gencatan senjata.
Moh. Hatta                  : Kami sangat mengharapkan anda tidak melanggar perjanjian.
AWS. Mallaby            : Kami sangat menghargai tuan-tuan. (Seluruh peserta perundingan berjabat tangan, rombongan Soekarno pun kembali ke Jakarta.)
Setelah perundingan, kontak senjata dibeberapa titik masih berlangsung. Hal ini karena kurangnya komunikasi mengenai perjanjian gencatan senjata. Bahkan menjelang sore hari Gedung Bank Internatio sempat dikepung oleh arek-arek Surabaya.


ADEGAN V (Jembatan Merah)
Hingga pada pukul 17:00 tragedi pun terjadi, di Jembatan Merah dekat Gedung Bank Internatio. Jendral AWS. Mallaby tewas dibunuh pejuang Indonesia yang tidak diketahui identitasnya.
Pejuang Indonesia       : Seraang..!!! (keluar dari tempat persembunyian dengan gagah berani para pejuang Indonesia menghadang dan menyerang mobil rombongan sekutu hingga menewaskan AWS.Mallaby.)
Pejuang Indonesia       : Mati kau!!! (menusuk AWS.Mallaby dengan bambu runcing dan meledakkan mobil AWS.Mallaby dengan bambu runcing.)
Ledakan mobil AWS.Mallaby disambut teriakan kemenangan penuh semangat.
Pejuang Indonesia       : Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!


ADEGAN VI (Jalanan Surabaya)
Setelah terbunuhnya AWS.Mallaby, kejadian ini menjadi sorotan tajam dikalangan negara-negara sekutu. Akhirnya kerajaan Inggris mengirim bala bantuan dan Mayor Jendral Manserg dijadikan sebagai komandan sekutu di Surabaya. Dan pada 9 November 1945 Manserg mengeluarkan ultimatum sebagai respon kemarahan atas terbunuhnya AWS.Mallaby.
Manserg                      : “Semua pemimpin dan para pemuda Indonesia harus menyerahkan senjatanya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian menyerahkan diri sambil mengangkat tangan, selambat-lambatnya pukul 06:00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan kami serang dari darat, laut, dan udara.” (berkata dengan lantang dan tegas).
Mendengar ultimatum yang dikeluarkan Manserg ternyata tidak membuat gentar are-arek Surabaya.
Rakyat Surabaya         : Usir sekutu! Usir sekutu!

ADEGAN VII (Kantor Gubernur Surabaya)
Setelah ultimatum pertemuan tokoh-tokoh Surabaya diadakan dikantor dinas Gubernur Suryo. Hadir dalam pertemuan itu Bung Tomo, beberapa tokoh organisasi seperti Hasyim Asy’ari dan kyai pondok Jawa lainnya, serta tokoh-tokoh TKR. Keputusannya mereka menolak ancaman pihak inggris itu.
Gubernur Suryo          : Kita sudah sepakat, bahwa Surabaya menolak ultimatum inggris itu!
Tokoh TKR                 : Baiklah, saya akan mempersiapkan pasukan.
Kyai Hasyim Asy’ari  : Seluruh santri Jawa Timur siap berjihad dijalan Allah.
Bung Tomo                 : Mari kita satukan kekuatan kita untuk menghabisi mereka.
Gubernur Suryo          : Merdeka! (diikuti peserta rapat lainnya)
Usai perundingan singkat itu, seluruh komponen Surabaya bersatu dengan satu suara perang melawan sekutu.



ADEGAN VIII (Pondok Pesantren & Radio)
            Para tokoh kemudian mempersiapkan perlawanan, para Kyai berdakwah dihadapan santri-santrinya,  Bung Tomo mengobarkan jiwa arek-arek Surabaya dengan pidatonya yang mengguncangkan Surabaya.
Kiyai Hasyim Asy’ari  :Indonesia adalah negeri yang dirahmati Allah, kita harus mempertahankan Surabaya dari sekutu iblis itu. Allahu Akbar! Allahu Akbar!!
Bung Tomo                 : (Pidato Bung Tomo diradiomengguncangkan Surabaya)
Rakyat Surabaya menyambut pidato Bung Tomo dengan teriakan “Merdeka! Merdeka!!”


ADEGAN IX (Kota Surabaya)
Hingga pada akhirnya pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum..
Manserg                      : Dimana senjata mereka? Dimana! (marah, berbicara pada pasukannya)
Bung Tomo                 : Kami tidak akan menyerahkan Surabaya kepada kalian! Langkahi dulu darah yang berapi-api ini!
Manserg                      : Kurang ajar! kalian akan takluk tiga hari ditangan ku.
Pertempuran pun terjadi
Semua                         : Serang!!!
Pada mulanya rakyat Surabaya berhasil menekan sekutu, namun karena menghadapi senjata canggih, rakyat Surabaya pun kewalahan. Perlawanan rakyat  yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak teratur, namun makin hari makin teratur. Hingga pada akhirnya Surabaya pun takluk dalam waktu tiga minggu.
            Pada tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang bergelimpangan mayat terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari puluhan ribu orang. Sekutu harus membayar sangat mahal dalam penaklukan Surabaya. Ratusan ribu orang menderita dan harus meninggalkan Surabaya, kebanyakan dari mereka mengungsi ke Sidoardjo dan Mojokerto


Kesimpulan:
Secara militer, tidak dapat dipungkiri bahwa Pertempuran 10 November 1945 merupakan sebuh kekalahan bagi Republik Indonesia pada masa itu. Namun, secara politik, hasil pertempuran in memiliki impilikasi yang sangat penting, yakni terbukanya mata dunia bahwa kekuatan perjuangan Indonesia bukanlah sekedar upaya parsial yang terlokalisir dari sekumpulan ekstrimis  sebagaimana digambarkan Belanda dan pandangan sekutunya, melainkan suatu gerakan populer dalam skala nasional yang didukung oleh rakyat dari sebuah negara yang telah berdiri dan telah diploklamirkan kemerdekannya.
Terpelas dari kekalahan secara militer dalam Pertempuran Surabaya, bangsa Indonesia telah menunjukan patriotisme yang luar biasa, semangat juang yang laksana baja, dimana dihadapan kekuatan militer Inggris yang besar itu, yang Nazi Jerman pun tidak mampu menundukannya, pejuang Indonesia sama sekali tidak takut dan malah menunjukan perlawanan yang gigih.

Sudah wajib tentunya bagi kita generasi penerus bangsa untuk mengamalkan perjuangan para pejuang yang telah memberikan nikmatnya kemerdekaan. Terimakasih telah membaca naskah drama ini semoga dapat menginspirasi, apabila ada yang ingin ditanyakan silakan merapat ke komentar. Salam Sejarah!




http://madrizmedia.blogspot.co.id

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Tulis komentar